Apa yang dimaksud dengan skema piramida? Skema atau sistem piramida ini merupakan sebuah model bisnis yang memiliki ciri utama adanya perekrutan anggota berbayar. Perusahaan tersebut lantas akan memberikan komisi bagi para anggota apabila anggota tersebut berhasil merekrut investor baru yang membayarkan sejumlah uang.
Meski sering disebut-sebut sebagai sebuah skema penipuan, model bisnis piramida ini cukup banyak dijumpai di sekitar Anda, lho. Sistem ini bahkan sudah berlangsung kurang lebih satu abad dengan bentuk yang berbeda-beda.
Cara Mengenali Skema Piramida

Supaya Anda terhindar dari skema ini, tidak ada salahnya jika Anda mempelajari ciri-ciri sistem piramida. Beberapa ciri dari sistem ini akan diuraikan sebagai berikut.
1. Adanya Biaya Pendaftaran Anggota yang Besar
Salah satu ciri mencolok dari sistem ini adalah adanya biaya yang dipatok sebagai biaya pendaftaran anggota. Biaya ini biasanya cukup tinggi karena ada paket produk yang biasanya akan diikutsertakan sebagai tanda bukti bahwa Anda menjadi anggota dari perusahaan tersebut.
2. Harga Produk yang Tidak Masuk Akal
Meski hadir dengan klaim bahwa produk yang ditawarkan memiliki kelebihan ini dan itu, produk yang ditawarkan dalam sistem piramida biasanya memiliki harga yang mahal. Bahkan, tak jarang harga barang yang ditawarkan memiliki kualitas yang biasa saja atau malah kalah dari produk di pasaran.
3. Tidak Berfokus Pada Penjualan Produk Barang/Jasa
Hal ini juga menjadi salah satu poin yang paling penting dalam memahami sistem piramida. Titik berat bisnis berskema piramida biasanya terletak pada perekrutan anggota dan bukan pada penjualan produk. Tak heran, bisnis berskema piramida biasanya tidak terlalu memperhatikan kualitas dari barang yang dijual.
Maka dari itu, daya tarik utama bisnis ini justru terletak ada pada iming-iming keuntungan besar dengan risiko minimal dalam waktu yang relatif cepat. Penawaran investasi pun dilakukan dengan sedikit ‘mengancam’ calon investor bahwa mereka akan ketinggalan kesempatan emas jika menunda ikut serta dalam program yang ditawarkan.
4. Tidak Merekrut Anggota, Tidak Ada Komisi
Biasanya, anggota pada sebuah skema piramida hanya bisa mendapatkan komisi jika sudah anggota tersebut berhasil merekrut anggota lain. Bahkan, terkadang ada target perekrutan khusus yang harus dipenuhi oleh anggota sebelum bisa mendapatkan komisi.
5. Biasanya Keanggotaan Bersifat Sementara
Apa yang dimaksud dengan keanggotaan sementara? Keanggotaan sementara pada sebuah sistem piramida merupakan keanggotaan yang berlaku hanya hingga sebuah format piramida tertentu tercapai. Jika dibandingkan dengan sistem MLM, biasanya sistem piramida cenderung lebih singkat dan tidak dapat dilanjutkan hingga seumur hidup.
6. Menjanjikan Keuntungan Cepat dalam Waktu Singkat
Keuntungan cepat dalam waktu yang singkat memang jadi incaran siapa pun, baik dalam berbisnis maupun berinvestasi. Akan tetapi, keuntungan besar sering kali harus disertai dengan risiko yang besar pula.
Nah, jika sebuah perusahaan menawarkan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan risiko yang minimal, Anda patut curiga. Apalagi jika perusahaan tersebut mengharuskan Anda untuk menyetor sejumlah uang keanggotaan dan merekrut beberapa anggota baru. Ditambah lagi, Anda perlu berhati-hati dengan perusahaan yang tidak diawasi lembaga yang berwenang seperti OJK.
Bagaimana Cara Skema Piramida Bekerja?
Bagaimanakah cara kerja dari skema ini? Agar Anda bisa memahami skema ini dengan mudah, akan lebih baik untuk memahaminya melalui sebuah contoh.
Misalnya, Pak X membuat sebuah bisnis dengan model sistem piramida. Hal awal yang perlu dilakukan adalah membuat model bisnis dan menetapkan iming-iming return yang terkesan kredibel dan tidak terkesan scam. Hal ini diperlukan agar para calon anggota/investor tertarik dengan skema yang dijalankan.
Selanjutnya, Pak X perlu menentukan besaran minimal investasi sebagai syarat untuk menjadi anggota dari bisnis ini. Biasanya besaran minimal ini cukup besar.
Nah, ketika anggota sudah ada, maka orang-orang yang menginvestasikan uangnya kepada Pak X ini perlu mencari anggota lain supaya bisa menutupi modal yang telah mereka keluarkan untuk berinvestasi dari imbalan/komisi yang diberikan.
Sebagai contoh, A berhasil meyakinkan B untuk berinvestasi di tempat X sebesar Rp100 juta. Orang ‘A’ akan mendapatkan imbalan karena berhasil merekrut ‘B’ sebagai anggota baru. Orang ‘B’, supaya bisa balik modal, tentu akan terdorong untuk mencari ‘downline’ alias anggota baru supaya balik modal. Demikian juga seterusnya.
Lalu, bagaimana dengan iming-iming return yang dijanjikan? Dana yang sudah terkumpul di Pak X akan diputar alias didistribusikan kembali sedikit demi sedikit dalam bentuk imbalan dan return yang dijanjikan. Maka dari itulah, anggota perlu memperluas jaringannya dengan merekrut anggota-anggota baru. Dengan begitu, dana imbalan dan return bisa tercukupi.
Di lain sisi, tak jarang orang-orang yang menjadi puncak dari skema ini (dalam contoh ini Pak X), menggunakan dana yang terkumpul dari seluruh anggota untuk diinvestasikan ke produk investasi yang jelas menguntungkan baginya. Tentunya, perlu ada selisih antara return yang ditawarkan kepada anggota/investor dengan yang diperoleh langsung dari investasi yang dilakukan.
Skema Piramida Paling Dikenal
Ada beberapa kasus berskema piramida yang cukup banyak dikenal publik. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kasus Charles Ponzi
Charles Ponzi merupakan seorang imigran asal Italia yang melakukan penipuan dengan menjanjikan return 50% dalam waktu 90 hari saja. Kejadian ini berlangsung pada sekitar tahun 1920-an. Selama beberapa bulan, skema Ponzi ini sukses dijalaninya hingga ia berhasil mengumpulkan uang berjuta-juta dolar Amerika.
Sayangnya, setelah beberapa bulan, anggota dari skema tersebut gagal merekrut anggota-anggota baru lagi. Tak heran, skema tersebut gugur karena Ponzi tidak sanggup membayar return dan modal awal para anggotanya—mengingat tidak ada lagi dana yang masuk ke dalam sistem yang dibuatnya.
2. Kasus Bernie ‘Bernard’ Madoff
Salah satu mantan petinggi NASDAQ, Bernie Madoff, merupakan narapidana yang dijatuhi hukuman penjara 150 tahun berkat skandal penipuan yang ia lakukan. Madoff membangun Bernard L. Madoff Investment Securities pada 1960, dan melalui perusahaan yang dibangunnya ini ia menjalankan modus penipuan berkedok investasi.
Hal yang menarik dari kasus penipuan yang dilakukan Madoff ini adalah ‘kesuksesannya’ dalam menipu para investor. Tak tanggung-tanggung, dana yang berhasil ia kumpulkan mencapai 65 miliar dolar Amerika. Jumlah ini dikumpulkannya dari puluhan ribu nasabah yang menginvestasikan uangnya dalam waktu yang cukup lama.
Kasus ini terkuak pada 2008 ketika banyak nasabahnya ingin mencairkan dana investasinya karena krisis ekonomi di Amerika pada tahun tersebut. Madoff gagal mengembalikan dana ke pihak investor karena kekurangan dana.
3. Kasus QNet
Di Indonesia sendiri, salah satu kasus pyramid scheme yang cukup populer adalah kasus QNet. Meski ujung-ujungnya kasus QNet sudah dinyatakan bersih dari kasus hukum, QNet diduga menyediakan ‘bisnis seumur hidup’ yang notabene dapat diturunkan ke anak cucu.
Dugaan ini menyeruak dengan dasar adanya persyaratan join keanggotaan yang mewajibkan calon anggota membeli produk seharga 10 juta rupiah. Selain itu, anggota baru wajib merekrut 6 orang lainnya. Jika tidak, maka iming-iming bonus pun musnah.
Baca juga: Bagaimana Sih Cara Kerja Skema Binary MLM? Simak Di Sini!
Setelah mengetahui penjelasan mengenai skema piramida, apakah Anda pernah menjumpai model bisnis dengan sistem ini? Agar tidak tertipu, tidak ada salahnya Anda mengenali ciri-ciri skema ini beserta cara kerjanya. Pun, Anda perlu juga belajar dari kasus-kasus sistem piramida sebelumnya agar tidak mudah tergiur dengan iming-iming menggiurkan.